Empat Bank Jadi Pemegang Saham Holding Bumdes
Badan Usaha Milik Desa - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Sandjojo, mengatakan, terdapat 4 bank BUMN yang akan menjadi holding Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Keempatnya ialah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Mandiri.
Baca: Langkah Menyusun Kelayakan Usaha bagi BUMDes
Foto: Kemendesa PDTT |
Hal tersebut disampaikan ketika menjadi narasumber dalam aktivitas Konsolidasi Kementerian/Lembaga dalam rangka penguatan jadwal training penyelenggaraan pemerintah desa, pusat, dan kawasan di Jakarta, Kamis (2/2).
“Kita akan bentuk holding yang namanya kawan BUMDes. Keuntungan akan dibagi yakni 51 persen ke kawan BUMDes, dan 49 persen ke BUMDes. Kenapa kawan BUMDes lebih besar, lantaran negara harus kontrol,” terangnya.
Menteri Eko juga menegaskan, BUMDes yang telah bisa berdikari dan maju diwajibkan menciptakan koperasi. Hal ini bertujuan semoga BUMDes tidak hanya bermanfaat untuk membangun desa, namun juga menawarkan efek faktual bagi masyarakatnya selaku anggota koperasi. BUMDes dan Koperasi ialah dua hal berbeda yang harus benar-benar dipahami.
“Kalau BUMDes manfaatnya untuk kepentingan desa menyerupai membangun jalan, sekolah, aktivitas sosial, dan lain-lain. Kalau koperasi manfaatnya untuk anggota. Karena anggota koperasi niscaya akan murka kalau manfaatnya dipakai untuk membangun sekolah dan jalan. Tapi koperasi dan BUMDes bisa bersinergi. Kita sudah ada MoU dengan Menteri Koperasi dan UKM bahwa pasca BUMDes harus ada koperasi,” terangnya.
Di sisi lain, Menteri Eko juga mensosialisasikan empat jadwal prioritas Kemendes PDTT di tahun 2017 ini. Program tersebut ialah Produk Unggulan Desa (Prudes) dengan konsep Satu Desa Satu Produk, BUMDes, Embung Desa, dan sarana olahraga. Tentunya, program-program tersebut juga didukung oleh jadwal dana desa.
Terkait jadwal Prudes, lanjut Menteri Eko, kebijakan itu dilatarbelakangi oleh tingginya jumlah desa yang hidup di bidang pertanian yakni sebanyak 82 persen. Menurutnya, desa-desa ini akan maju jikalau produk pertanian diproduksi dalam skala besar dan terintegerasi.
“Namun masih banyak desa yang belum tersentuh terusan irigasi, jadi hanya bisa panen rata-rata 1,4 kali setahun. Padahal kalau ada air bisa panen hingga 3 kali dalam setahun, sehingga terjadi produksi hingga 2 kali lipat. Oleh lantaran itu, sebanyak Rp20 triliun dari dana desa akan dialokasikan untuk menciptakan embung,” ujarnya.
Selanjutnya jadwal BUMDes, menurutnya, ialah upaya semoga desa bisa berdikari tanpa subsidi dari pemerintah. Pasalnya, dana desa yang diberikan semenjak tahun 2015 hanya bersifat stimulus semoga desa lebih maju dan mandiri. Sedangkan jadwal membangun sarana olahraga di desa bertujuan untuk meningkatkan rasa kebersamaan masyarakat desa.[Kemendesa PDTT)