3 Faktor Jepang Menyayangi Produknya Sendiri
Kalau bangsa Jepang sangat mengasihi produk sendiri. Bangsa Indonesia juga besar hati dengan produk dalam negeri, selayaknya yang dilakukan oleh masyarakat Jepang. Apalagi bangsa Indonesia sudah menyetujui adanya kerjasama perdagangan bebas ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).
Nah, inilah 3 faktor yang melatarbelakangi kuatnya gerakan cinta produk dalam negeri Jepang.
Faktor pertama, adanya kesadaran dari para pengusaha dan produsen Jepang untuk selalu berinovasi dan lebih kreatif. Kesadaran inilah yang menimbulkan produk-produk dalam negeri Jepang selalu mempunyai daya saing dan daya tawar di pasar mereka sendiri dan juga di pasar luar negeri.
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Peneliti Senior Institute of Developing Ecomomics Japan External Trade Organization (IDE-Jetro) Yuri Sato. Menurutnya, penemuan merupakan salah satu kunci keberasilan ekonomi Jepang.
Menurut Yuri Sato, penemuan tidak mesti berwujdu sebuah karya atau temuan baru, tapi sanggup berupa hasil modifikasi produk yang sudah ada dengan ciri khas tersendiri yang mempertimbangkan faktor kualitas, fungsi, dan harga.
Pelajaran menariknya, Jepang sangat menghargai setiap penemuan yang muncul. Tak heran, bila bukan hanya kalangan peneliti dan pengusaha saja yang mengajukan paten atau penemuan produknya, tetapi juga masyarakat biasa, bahkan seorang ibu rumah tangga pun mendaftarkan paten atas resep modifikasi yang berasil diraciknya.
Melihat gerekan tersebut, Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Pemerintah terlibat aktif mendukung gerakan ini dengan memperlihatkan banyak sekali kemudahan intensif fiskal maupun pajak. Setali tiga uang, sejumlah forum pembiayaan dan perbankan di Jepang pun tak ketinggalan dalam mendukung gerakan ini dengan memberi kemudahan-kemudahan kemudahan kredit modal kerja.
Soal hambatan, kesuksesan Jepang dalam membudayakan cinta produk dalam negeri pun tak luput dari persoalan. Pada awalnya banyak pula produk dalam negeri Jepang yang gagal melaksanakan penemuan dan jeblok di pasar. Namun, lagi-lagi masyarakat tak pernah frustasi dan senantiasa pantang mengalah untuk terus menemukan produk-produk unggulan yang tidak hanya murah, berkwalitas, tetapi fungsinya diubahsuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jepang.
Baca juga: Cara Negeri Sakura Mencintai Produknya Sendiri
Faktor kedua ialah alasannya ialah masyarakat Jepang secara umum sudah ter-edukasi untuk lebih menentukan produk lokal demi kepentingan ekonomi nasional mereka. Dalam kamus mereka, semurah apapun harga produk ajaib dihentikan dibeli dan harus tetap membeli produk lokal sejenis meski harganya lebih mahal. Pasalnya, membeli produk ajaib sama halnya dengan memperkaya negeri orang lain dan merugikan negeri mereka sendiri.
Kesadaran itu terbukti dengan tidak lakunya sejumlah produk china yang masuk ke Jepang, baik itu produk-produk elektronik maupun lainnya. Bahkan, dikala produk-produk China yang dikenal murah itu masuk ke pasar-pasar tradisional yang berkonsumen masyarakat menengah ke bawah pun nyaris tidak laris sama sekali.
Ketiga, adanya kesadaran dari para produksen dan pengusaha Jepang untuk selalu menghargai loyalitas para konsumen dalam negeri mereka dengan selalu melaksanakan perbaikan mutu dan peningkatan kualitas pelayanan.
Bicara soal pelayanan, boleh dibilang budaya pelayanan Jepang nyaris belum sanggup disaingi oleh negara-negara lain. Bahkan, soal pelayanan terhadap konsumen ini sudah menjadi cuilan dari jati diri dan integritas mereka. Ini terbukti dengan sering terdengarnya kabar pengunduran diri para pembesar sebuah perusahaan Jepang dikala merasa dirinya gagal memperlihatkan pelayanan terbaik kepada konsumennya.
Kita tentu masih ingat dengan tersiarnya kabar ajakan maaf esekutif tertinggi sekaligus pemilik merk Toyota kepada masyarakat China tanggapan kegagalan produk kendaraan beroda empat RAV4 yang mengalami gangguan pada pedal gas. Bahkan, ajakan maaf itu pribadi diiringi dengan penarikan produk-produk tersebut dan kunjungan bos Toyota ke China untuk meminta maaf secara terbuk kepada masyarakat China.
Inilah nilai yang perlu diusung dan dihayati oleh para pengusaha dan industriawan dalam negeri kita semoga produk-produk lokal Indonesia sanggup menerima hati para konsumen domestik yang kian menjanjikan.
Dengan berguru dari Jepang, kampanye cinta produk Indonesia pasti bakal membawa kepada kesejahteraan bersama. Sebab, membeli produk dalam negeri ialah suatu cara membantu negara ini untuk menjadi bangsa yang besar. TAMAT.
Informasi ini disadur dari Perdagangan Dalam Negeri. Semoga bermafaat
Nah, inilah 3 faktor yang melatarbelakangi kuatnya gerakan cinta produk dalam negeri Jepang.
Faktor pertama, adanya kesadaran dari para pengusaha dan produsen Jepang untuk selalu berinovasi dan lebih kreatif. Kesadaran inilah yang menimbulkan produk-produk dalam negeri Jepang selalu mempunyai daya saing dan daya tawar di pasar mereka sendiri dan juga di pasar luar negeri.
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Peneliti Senior Institute of Developing Ecomomics Japan External Trade Organization (IDE-Jetro) Yuri Sato. Menurutnya, penemuan merupakan salah satu kunci keberasilan ekonomi Jepang.
Menurut Yuri Sato, penemuan tidak mesti berwujdu sebuah karya atau temuan baru, tapi sanggup berupa hasil modifikasi produk yang sudah ada dengan ciri khas tersendiri yang mempertimbangkan faktor kualitas, fungsi, dan harga.
Pelajaran menariknya, Jepang sangat menghargai setiap penemuan yang muncul. Tak heran, bila bukan hanya kalangan peneliti dan pengusaha saja yang mengajukan paten atau penemuan produknya, tetapi juga masyarakat biasa, bahkan seorang ibu rumah tangga pun mendaftarkan paten atas resep modifikasi yang berasil diraciknya.
Melihat gerekan tersebut, Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Pemerintah terlibat aktif mendukung gerakan ini dengan memperlihatkan banyak sekali kemudahan intensif fiskal maupun pajak. Setali tiga uang, sejumlah forum pembiayaan dan perbankan di Jepang pun tak ketinggalan dalam mendukung gerakan ini dengan memberi kemudahan-kemudahan kemudahan kredit modal kerja.
Soal hambatan, kesuksesan Jepang dalam membudayakan cinta produk dalam negeri pun tak luput dari persoalan. Pada awalnya banyak pula produk dalam negeri Jepang yang gagal melaksanakan penemuan dan jeblok di pasar. Namun, lagi-lagi masyarakat tak pernah frustasi dan senantiasa pantang mengalah untuk terus menemukan produk-produk unggulan yang tidak hanya murah, berkwalitas, tetapi fungsinya diubahsuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jepang.
Baca juga: Cara Negeri Sakura Mencintai Produknya Sendiri
Faktor kedua ialah alasannya ialah masyarakat Jepang secara umum sudah ter-edukasi untuk lebih menentukan produk lokal demi kepentingan ekonomi nasional mereka. Dalam kamus mereka, semurah apapun harga produk ajaib dihentikan dibeli dan harus tetap membeli produk lokal sejenis meski harganya lebih mahal. Pasalnya, membeli produk ajaib sama halnya dengan memperkaya negeri orang lain dan merugikan negeri mereka sendiri.
Kesadaran itu terbukti dengan tidak lakunya sejumlah produk china yang masuk ke Jepang, baik itu produk-produk elektronik maupun lainnya. Bahkan, dikala produk-produk China yang dikenal murah itu masuk ke pasar-pasar tradisional yang berkonsumen masyarakat menengah ke bawah pun nyaris tidak laris sama sekali.
Ketiga, adanya kesadaran dari para produksen dan pengusaha Jepang untuk selalu menghargai loyalitas para konsumen dalam negeri mereka dengan selalu melaksanakan perbaikan mutu dan peningkatan kualitas pelayanan.
Bicara soal pelayanan, boleh dibilang budaya pelayanan Jepang nyaris belum sanggup disaingi oleh negara-negara lain. Bahkan, soal pelayanan terhadap konsumen ini sudah menjadi cuilan dari jati diri dan integritas mereka. Ini terbukti dengan sering terdengarnya kabar pengunduran diri para pembesar sebuah perusahaan Jepang dikala merasa dirinya gagal memperlihatkan pelayanan terbaik kepada konsumennya.
Kita tentu masih ingat dengan tersiarnya kabar ajakan maaf esekutif tertinggi sekaligus pemilik merk Toyota kepada masyarakat China tanggapan kegagalan produk kendaraan beroda empat RAV4 yang mengalami gangguan pada pedal gas. Bahkan, ajakan maaf itu pribadi diiringi dengan penarikan produk-produk tersebut dan kunjungan bos Toyota ke China untuk meminta maaf secara terbuk kepada masyarakat China.
Inilah nilai yang perlu diusung dan dihayati oleh para pengusaha dan industriawan dalam negeri kita semoga produk-produk lokal Indonesia sanggup menerima hati para konsumen domestik yang kian menjanjikan.
Dengan berguru dari Jepang, kampanye cinta produk Indonesia pasti bakal membawa kepada kesejahteraan bersama. Sebab, membeli produk dalam negeri ialah suatu cara membantu negara ini untuk menjadi bangsa yang besar. TAMAT.
Informasi ini disadur dari Perdagangan Dalam Negeri. Semoga bermafaat