Penetapan Idul Adha: Ini 2 Alasan Indonesia Beda Dengan Arab Saudi
GampongRT - Pemerintah Indonesia telah memutuskan hari raya Idul Adha 2014 (10 Zulhijjah) bertepatan dengan hari Ahad tanggal 5 Oktober 2014 sedangkan Pemerintah Arab Saudi memutuskan jatuh pada Sabtu, 4 Oktober 2014.
Bagaimana memahami perbedaan ini. Simak klarifikasi berikut.
Pemerintah Indonesia memutuskan 1 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada hari Jum’at (26/9) sedangkan Pemerintah Arab Saudi memutuskan pada Kamis (25/09).
Pelaksana Tugas Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Muchtar Ali menjelaskan perbedaan ini setidaknya disebabkan oleh dua hal.
Pertama, ketika terbenam matahari pada Rabu (24/06), posisi hilal di seluruh Indonesia pada ketinggian antara minus 0.5 derajat hingga plus 0.5 derajat.
Sementara secara hisab, pemerintah memakai kriteria janji Negara MABIMS yaitu dengan tinggi hilal 2 derajat, sudut elongasi 3 derajat, dan umur hilal sudah mencapai 8 jam.
Dengan demikian untuk awal Dzulhijjah dengan ketinggian di seluruh Indonesia masih kurang dari dua derajat, sudut elongasi tidak mencapai 3 derajat, dan umur hilal belum 8 jam, maka secara hisab bulan Dzulqa’dah harus disempurnakan 30 hari dan 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Jumat tanggal 26 September 2014.
"Jadi 10 Dzulhijjah 1435 H bertepatan dengan tanggal 5 Oktober 2014,” terang Muchtar Ali menyerupai dikutip laman Kementerian Agama, awal pekan ini.
Namun, lanjut Muchtar, pemerintah memutuskan awal Dzulhijjah menurut sidang itsbat dengan memperhatikan hisab dan rukyat dari seluruh Indonesia.
“Laporan tidak terlihatnya Hilal di seluruh Indonesia menguatkan hasil hisab sehingga umur bulan Dzulqa’dah 1435H digenapkan menjadi 30 hari dan 10 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 5 Oktober 2014,” katanya.
Kedua, Indonesia dan Arab Saudi merupakan wilayah aturan yang berbeda.
Berdasarkan pemikiran MUI No.2/2004 perihal Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, Kementerian Agama memperoleh mandat untuk memutuskan awal tiga awal bulan hijriyyah tersebut.
Untuk itu, Kemenag mengadakan sidang itsbat.
“Apa yang pemerintah RI putuskan, juga diamini, disepakati dan dilaksanakan di negara-negara MABIMS (Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura), selain juga sesuai dengan pemikiran MUI perihal penetapan awal bulan,” terangnya.
Sementara itu, Arab Saudi memiliki pola penanggalan menurut kalender Ummul Quro. Dalam situs resminya tertulis tanggal 1 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 25 September 2014.
Mahkamah Ulya Saudi memutuskan menurut laporan terlihatnya hilal di Arab Saudi bahwa 1 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 25 September 2014 sehingga Idul Adha (10 Dzulhijjah) jatuh pada 4 Oktober 2014.
Muchtar menegaskan, perbedaan penetapan Pemerintah Indonesia dan Saudi yaitu sesuatu yang sanggup saja terjadi disebabkan perbedaan mathla’ (wilayah hukmi).
“Itu sesuai dengan penegasan MUI bahwa penetapan awal Dzulhijjah/Idul Adha berlaku dengan mathla’ masing-masing negara.
Dalam hal ini ulama telah konsesus."
Indonesia, lanjutnya, dalam melakukan Idul Adha tidak dibenarkan mengikuti negara lain yang berbeda mathla’.
Dia berharap klarifikasi ini sanggup memperlihatkan pemahaman dan menambah keyakinan dan ketenangan kepada masyarakat Indonesia dalam beribadah.
Dengan ditetapkannya, 1 Dzulhijjah pada Jum’at Pon, 26 September 2014, maka Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah) di Indonesia, bertepatan dengan hari Ahad Pahing, 5 Oktober 2014.
Muchtar pun mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk mengedepankan Ukhuwah Islamiyyah.
Sementara itu, Anggota Tim Hisab-Ru’yat Kementerian Agama Cecep Nurwendaya menerangkan, bahwa perbedaan penetapan tanggal antara Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi sudah beberapa kali terjadi.
“Dalam kurun 1975-1999, tepatnya selama 24 tahun, ada 13 kali perbedaan penetapan tanggal antara Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi, dan kita menghargai keputusan Kerajaan Arab Saudi tersebut,” terang Cecep.
Pelaksana Tugas Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Muchtar Ali menjelaskan perbedaan ini setidaknya disebabkan oleh dua hal.
Pertama, ketika terbenam matahari pada Rabu (24/06), posisi hilal di seluruh Indonesia pada ketinggian antara minus 0.5 derajat hingga plus 0.5 derajat.
Sementara secara hisab, pemerintah memakai kriteria janji Negara MABIMS yaitu dengan tinggi hilal 2 derajat, sudut elongasi 3 derajat, dan umur hilal sudah mencapai 8 jam.
Dengan demikian untuk awal Dzulhijjah dengan ketinggian di seluruh Indonesia masih kurang dari dua derajat, sudut elongasi tidak mencapai 3 derajat, dan umur hilal belum 8 jam, maka secara hisab bulan Dzulqa’dah harus disempurnakan 30 hari dan 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Jumat tanggal 26 September 2014.
"Jadi 10 Dzulhijjah 1435 H bertepatan dengan tanggal 5 Oktober 2014,” terang Muchtar Ali menyerupai dikutip laman Kementerian Agama, awal pekan ini.
Namun, lanjut Muchtar, pemerintah memutuskan awal Dzulhijjah menurut sidang itsbat dengan memperhatikan hisab dan rukyat dari seluruh Indonesia.
“Laporan tidak terlihatnya Hilal di seluruh Indonesia menguatkan hasil hisab sehingga umur bulan Dzulqa’dah 1435H digenapkan menjadi 30 hari dan 10 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 5 Oktober 2014,” katanya.
Kedua, Indonesia dan Arab Saudi merupakan wilayah aturan yang berbeda.
Berdasarkan pemikiran MUI No.2/2004 perihal Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, Kementerian Agama memperoleh mandat untuk memutuskan awal tiga awal bulan hijriyyah tersebut.
Untuk itu, Kemenag mengadakan sidang itsbat.
“Apa yang pemerintah RI putuskan, juga diamini, disepakati dan dilaksanakan di negara-negara MABIMS (Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura), selain juga sesuai dengan pemikiran MUI perihal penetapan awal bulan,” terangnya.
Sementara itu, Arab Saudi memiliki pola penanggalan menurut kalender Ummul Quro. Dalam situs resminya tertulis tanggal 1 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 25 September 2014.
Mahkamah Ulya Saudi memutuskan menurut laporan terlihatnya hilal di Arab Saudi bahwa 1 Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 25 September 2014 sehingga Idul Adha (10 Dzulhijjah) jatuh pada 4 Oktober 2014.
Muchtar menegaskan, perbedaan penetapan Pemerintah Indonesia dan Saudi yaitu sesuatu yang sanggup saja terjadi disebabkan perbedaan mathla’ (wilayah hukmi).
“Itu sesuai dengan penegasan MUI bahwa penetapan awal Dzulhijjah/Idul Adha berlaku dengan mathla’ masing-masing negara.
Dalam hal ini ulama telah konsesus."
Indonesia, lanjutnya, dalam melakukan Idul Adha tidak dibenarkan mengikuti negara lain yang berbeda mathla’.
Dia berharap klarifikasi ini sanggup memperlihatkan pemahaman dan menambah keyakinan dan ketenangan kepada masyarakat Indonesia dalam beribadah.
Dengan ditetapkannya, 1 Dzulhijjah pada Jum’at Pon, 26 September 2014, maka Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah) di Indonesia, bertepatan dengan hari Ahad Pahing, 5 Oktober 2014.
Muchtar pun mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk mengedepankan Ukhuwah Islamiyyah.
Sementara itu, Anggota Tim Hisab-Ru’yat Kementerian Agama Cecep Nurwendaya menerangkan, bahwa perbedaan penetapan tanggal antara Pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi sudah beberapa kali terjadi.
“Dalam kurun 1975-1999, tepatnya selama 24 tahun, ada 13 kali perbedaan penetapan tanggal antara Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi, dan kita menghargai keputusan Kerajaan Arab Saudi tersebut,” terang Cecep.
Sumber: bisnis.com