Kementerian Pertanian Terapkan Pertanian Terpadu
GampongRT - Kementerian Pertanian mulai menerapkan sistem pertanian terpadu ialah bio-industri untuk mencapai kedaulatan pangan di Indonesia pada tahun ini.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim menyampaikan revolusi hijau yang selama ini telah diterapkan pada sektor pertanian, tidak menciptakan petani menjadi mandiri. Pasalnya, para petani membeli bibit unggul, penggunaaan pestisida, pupuk, dan teknologi pertanian lainnya yang berasal dari perusahaan multinasional.
"Kami tidak mau para petani bergantung pada perusahaan besar dan multinasional. Bio industri, kami hidupkan lagi," ungkapnya di Taman Maccini Sombala, Kamis (6/11).
Menurutnya, revolusi hijau yang selama ini diterapkan tidak bisa mengoptimalkan produktivitas lahan pertanian. Selama ini, revolusi hijau mengakibatkan imbas besar yakni berkurangnya lapisan ozon yang mengakibatkan tidak sanggup memprediksi perubahan musim.
"Pupuk kimia itu buat ozon bolong-bolong sehingga Makassar yang semestinya masuk ekspresi dominan hujan, tetap ekspresi dominan kemarau," kata Hasanuddin.
Dia berharap para petani di Indonesia sanggup menjadi petani yang mandiri, merdeka, sejahtera, dan mengerti wacana alam. "Kami mau para petani bisa buat pupuk sendiri. Saat ini ratusan merek pestisida yang dijual dan menciptakan tanah kita menjadi rusak alasannya keras. Mengenal alam itu penting," ucapnya.
Penerapan bio-industri di sektor pertanian ini dilakukan untuk mengurangi limbah dari peternakan maupun dari pangan. "Pada prinsipnya kami ingin menerapkan zero waste. Manfaatkan semua limbah yang ada," tuturnya.
Hasanuddin mencontohkan kotoran yang dihasilkan dari binatang menyerupai kelinci sanggup dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman. Pupuk yang berasal dari kotoran binatang sanggup memperbaiki unsur hara pada tanah yang tidak dimilki oleh pupuk kimia, sehingga kesuburan tanah bisa dijaga. Selain itu, pupuk yang berasal dari kotoran binatang bisa mengoptimalkan produktivitas tanaman.
"Kalau tanamannya panen dan bersisa bisa kita beri makan ke hewan, menyerupai misalnya wortel untuk kelinci, sama-sama menguntungkan. Ada siklus perputarannya di sini," jelas Hasanuddin.
Seketaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono menuturkan untuk mencapai zero waste dalam sektor pertanian, pihaknya mulai melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat terkait alternatif energi biofuel maupun bio energi. Biofuel merupakan materi bakar yang berasal dari pengolahan bahan-bahan hayati yang sanggup diperoleh dari tumbuhan-tumbuhan, limbah agroindusri, kotoran (feces), dan materi organik lainnya yang mempunyai kandungan karbohidrat dan gula.
"Sumber energi ketika ini bergantung dari fosil yang sudah mulai langka dan susah. Kita harus bergerak ke biofuel. Kita harus memperkenalkan enegeri alternatif ke rumah tangga supaya tidak bergantung pada BBM," ujarnya.
Menurut Hari, biofuel maupun bioenergi memperlihatkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di atmosfer. Tanaman yang memproduksi energi sanggup mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, sedangkan materi bakar fosil mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. "Kita manfaat kan sampah pangan yang tidak terpakai untuk alternatif energi," kata Hari.
Sumber: bisnis.com