70 Tahun Kemerdekaan Momentum Membangun Desa
GampongRT - Usia 70 tahun kemerdekaan Indonesia ternyata belum bisa membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi masih menjadi fakta menyedihkan di desa-desa dan kawasan tertinggal yang harus segera dituntaskan.
Dalam kondisi inilah, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menyerukan biar semangat usaha kemerdekaan tahun 1945 dijadikan momentum untuk membangun desa yang notabene merupakan pondasi pembangunan nasional.
"Untuk melihat Indonesia sesungguhnya, maka lihatlah desa.Sebab kondisi real masyarakat Indonesia adanya di desa, sehingga apa pun kegiatan yang kita kerjakan jagan hingga mengabaikan kepentingan masyarakat desa," ujar Marwan, di Jakarta, menyerupai lansir dalam situs kemendesa.go.id, Senin (17/8).
Dijelaskan Marwan, momentum kemerdekaan yang ke-70 Tahun senafas dengan semangat besar membangun desa, terutama sesudah diterapkannya UU nomor 6 tahun 2014 perihal Desa. Regulasi ini memberi legalisasi terhadap hak-hak desa serta menyerahkan kewenangan penuh kepada desa untuk menjalankan urusan-urusan di level desa.
"Pengakuan dan kewenangan ini juga telah diikuti anggaran dana yang sanggup dikelola secara mandiri. Ada dana desa yang bersumber dari APBN langsung, dan ada pula Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD Kabupaten. Ini semua harus dimaksimalkan untuk pembanguan yang mensejahterakan semua masyarakat desa," terang Marwan. (Baca: Pemberdayaan Desa Kunci Kesejahteraan Rakyat).
Semangat kemerdekaan ke-70 juga menjadi momen penghayatan terhadap pengorbanan para jagoan yang berjuang melawan penjajah di desa-desa. Dengan segala keterbatasa yang ada, para jagoan bisa mengusir penjajah yang mempunyai kekuatan lengkap serta persenjataan yang canggih di kala itu.
"Relevansi dengan usaha dikala ini bisa kita lihat dari banyak sekali sudut pandang. Misalnya kapitalisme liberal telah menjajah ekonomi masyarakat desa, sehingga masakan ringan anggun pembangunan hanya dikuasai oleh para pemilik modal," ujar Marwan.
Masyarakat desa, lanjut Marwan, sejatinya yaitu jagoan bila mereka bisa membangun kemandirian desa. Baik di bidang ekonomi, energi, sosial budaya dan sebagainya. Sebab dengan kemandirian itu, desa telah mengangkat martabat bangsa yang telah terbebani oleh beratnya belanja ekonomi, hutang luar negeri, termasuk penggerusan kekayaan sosial budaya masyarakat.
"Kemandirian desa ini sangat penting. Misalnya desa sanggup berdiri diatas kaki sendiri di bidang energi maka beban konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berkurang sehingga beban ekonomi negara juga ikut berkurang. Dengan begitu desa menjadi penopang kemajuan bangsa. Demikian juga di sektor pangan, bila desa sanggup berdiri diatas kaki sendiri dibidang pangan, maka negara tak perlu lagi mengadakan impor materi pokok yang secara ekonomi membebani neraca perdagangan Indonesia. Inilah hal-hal kongkrat yang harus diperjuangkan masyarakat desa yang senafas dengan usaha kemerdekaan 70 tahun silam," tuntas Marwan.[]
Dalam kondisi inilah, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi menyerukan biar semangat usaha kemerdekaan tahun 1945 dijadikan momentum untuk membangun desa yang notabene merupakan pondasi pembangunan nasional.
"Untuk melihat Indonesia sesungguhnya, maka lihatlah desa.Sebab kondisi real masyarakat Indonesia adanya di desa, sehingga apa pun kegiatan yang kita kerjakan jagan hingga mengabaikan kepentingan masyarakat desa," ujar Marwan, di Jakarta, menyerupai lansir dalam situs kemendesa.go.id, Senin (17/8).
Merah Putih Raksasa Berkibar di Kilometer Nol/Foto: pikiranmerdeka.co |
"Pengakuan dan kewenangan ini juga telah diikuti anggaran dana yang sanggup dikelola secara mandiri. Ada dana desa yang bersumber dari APBN langsung, dan ada pula Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBD Kabupaten. Ini semua harus dimaksimalkan untuk pembanguan yang mensejahterakan semua masyarakat desa," terang Marwan. (Baca: Pemberdayaan Desa Kunci Kesejahteraan Rakyat).
Semangat kemerdekaan ke-70 juga menjadi momen penghayatan terhadap pengorbanan para jagoan yang berjuang melawan penjajah di desa-desa. Dengan segala keterbatasa yang ada, para jagoan bisa mengusir penjajah yang mempunyai kekuatan lengkap serta persenjataan yang canggih di kala itu.
"Relevansi dengan usaha dikala ini bisa kita lihat dari banyak sekali sudut pandang. Misalnya kapitalisme liberal telah menjajah ekonomi masyarakat desa, sehingga masakan ringan anggun pembangunan hanya dikuasai oleh para pemilik modal," ujar Marwan.
Masyarakat desa, lanjut Marwan, sejatinya yaitu jagoan bila mereka bisa membangun kemandirian desa. Baik di bidang ekonomi, energi, sosial budaya dan sebagainya. Sebab dengan kemandirian itu, desa telah mengangkat martabat bangsa yang telah terbebani oleh beratnya belanja ekonomi, hutang luar negeri, termasuk penggerusan kekayaan sosial budaya masyarakat.
"Kemandirian desa ini sangat penting. Misalnya desa sanggup berdiri diatas kaki sendiri di bidang energi maka beban konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berkurang sehingga beban ekonomi negara juga ikut berkurang. Dengan begitu desa menjadi penopang kemajuan bangsa. Demikian juga di sektor pangan, bila desa sanggup berdiri diatas kaki sendiri dibidang pangan, maka negara tak perlu lagi mengadakan impor materi pokok yang secara ekonomi membebani neraca perdagangan Indonesia. Inilah hal-hal kongkrat yang harus diperjuangkan masyarakat desa yang senafas dengan usaha kemerdekaan 70 tahun silam," tuntas Marwan.[]