Marwan Ingin Korea Selatan Transfer Ilmu Dan Teknologi Ke Desa Indonesia
GampongRT - Berbagai upaya terus dilakukan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk mempercepat proses Desa Membangun. Salah satunya mengajak Pemerintah Republik Korea untuk melaksanakan transfer ilmu dan teknologi ke desa-desa.
Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan, desa-desa di Indonesia mempunyai potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal. Karena itu, kerjasama dengan Korea diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat skill masyarakat desa.
"Kami arahkan semoga ada transfer ilmu dari Korea kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat sanggup mampu berdiri diatas kaki sendiri mengelola potensi desa yang ada," ujar Marwan dalam keterangan tertulis, Selasa (25/8/2015).
Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan, desa-desa di Indonesia mempunyai potensi alam yang sangat besar namun belum terkelola secara maksimal. Karena itu, kerjasama dengan Korea diarahkan untuk mempercepat proses pemanfaatan sumber daya alam desa dengan mengangkat skill masyarakat desa.
"Kami arahkan semoga ada transfer ilmu dari Korea kepada masyarakat desa, sehingga nantinya masyarakat sanggup mampu berdiri diatas kaki sendiri mengelola potensi desa yang ada," ujar Marwan dalam keterangan tertulis, Selasa (25/8/2015).
Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi dengan Korea secara khusus dijalin melalui Kementerian Administrasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea. Hadir dalam agenda penandatanganan MoU itu Wakil Menteri Administasi Pemerintahan dan Dalam Negeri Republik Korea, Chung Chae Gun.
Ada lima poin yang ditandatangani dalam kolaborasi itu, mencakup agenda peningkatan kapasitas sumber daya manusia; Kerja sama pembangunan daerah perdesaan dengan memakai Model Pemberdayaan Masyarakat sepertiSaemaul Undong (Gerakan Desa Baru).
Kemudian agenda peningkatan infrastruktur, ekonomi, social dan budaya; Penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan; dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang sanggup diputuskan bersama secara tertulis.
"Kerjasama ini akan memperkuat relasi bilateral Indonesia dengan Korea, khususnya dalam memperkuat pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi. Kemitraan ini tentunya akan mendorong inisiasi-inisiasi positif bagi kemajuan dua Negara," kata Marwan.
Hubungan bilateral Indonesia dan Korea memang terus berkembang, terutama semenjak ditandatanganinya Joint Declaraton of Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh kedua kepala negara di Jakarta, 4 Desember 2006. Penandatanganan itu dilakukan ketika Presiden Republik Korea, Roh Moo Hyun berkunjung ke Indonesia dan memuat 32 item kerjasama dalam bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum.
Selain Korea, Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Namun dari semua kemitraan itu, Korea yang paling aktif dalam menindaklanjuti kemitraan strategis.
Dalam perkembangannya, intensitas people-to-people contact antara Indonesia dan Korea semakin tinggi. Tercatat sekitar 30.709 warga Indonesia bekerja atau berguru di Korea, sedangkan Kedutaan Besar Republik Korea mencatat lebih dari 40 ribu warga Korea yang tinggal dan bekerja di Indonesia. Hubungan antar masyarakat alias people-to-people juga diperkuat dengan pertukaran misi budaya, perjaka dan pelajar/mahasiswa serta wisatawan antara kedua Negara.
"Seiring meningkatnya relasi ini, proses transfer ilmu serta aplikasi tekhnologi dari Korea ke Indonesia tentunya akan semakin gampang dilakukan. Saya akan memantau terus semoga kerjasama ini sanggup memberi manfaat besar bagi kemajuan desa serta meningkatkan taraf hidup masyarakat desa," kata Marwan.
Chung Chae Gun menjelaskan, gerakan Saemaul Undong mulai lahir semenjak tahun 1970-an. Hingga dikala ini, gerakan ini terbukti mendongkrak pembangunan desa.
"Beberapa bulan lalu, media Korea melaksanakan survei apa yang sanggup dongkrak pembangunan Korea, ternyata jawabannya 70 persen menyebut Saemaul Undong," katanya.
Menurut dia, gerakan itu bukan hanya dorongan untuk pembangunan desa, melainkan semacam gerakan revolusi mental. "Jadi membangun mental masyarakat desa untuk maju," tandasnya.
Sumber: metrotvnews
Ada lima poin yang ditandatangani dalam kolaborasi itu, mencakup agenda peningkatan kapasitas sumber daya manusia; Kerja sama pembangunan daerah perdesaan dengan memakai Model Pemberdayaan Masyarakat sepertiSaemaul Undong (Gerakan Desa Baru).
Kemudian agenda peningkatan infrastruktur, ekonomi, social dan budaya; Penelitian dan pembelajaran bersama mengenai pembangunan perdesaan; dan saling kepentingan mengenai pembangunan desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi yang sanggup diputuskan bersama secara tertulis.
"Kerjasama ini akan memperkuat relasi bilateral Indonesia dengan Korea, khususnya dalam memperkuat pembangunan desa, daerah tertinggal, dan transmigrasi. Kemitraan ini tentunya akan mendorong inisiasi-inisiasi positif bagi kemajuan dua Negara," kata Marwan.
Hubungan bilateral Indonesia dan Korea memang terus berkembang, terutama semenjak ditandatanganinya Joint Declaraton of Strategic Partnership to Promote Friendship and Corporation in the 21st Century oleh kedua kepala negara di Jakarta, 4 Desember 2006. Penandatanganan itu dilakukan ketika Presiden Republik Korea, Roh Moo Hyun berkunjung ke Indonesia dan memuat 32 item kerjasama dalam bidang politik, pertahanan, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum.
Selain Korea, Indonesia juga menjalin kemitraan strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Australia. Namun dari semua kemitraan itu, Korea yang paling aktif dalam menindaklanjuti kemitraan strategis.
Dalam perkembangannya, intensitas people-to-people contact antara Indonesia dan Korea semakin tinggi. Tercatat sekitar 30.709 warga Indonesia bekerja atau berguru di Korea, sedangkan Kedutaan Besar Republik Korea mencatat lebih dari 40 ribu warga Korea yang tinggal dan bekerja di Indonesia. Hubungan antar masyarakat alias people-to-people juga diperkuat dengan pertukaran misi budaya, perjaka dan pelajar/mahasiswa serta wisatawan antara kedua Negara.
"Seiring meningkatnya relasi ini, proses transfer ilmu serta aplikasi tekhnologi dari Korea ke Indonesia tentunya akan semakin gampang dilakukan. Saya akan memantau terus semoga kerjasama ini sanggup memberi manfaat besar bagi kemajuan desa serta meningkatkan taraf hidup masyarakat desa," kata Marwan.
Chung Chae Gun menjelaskan, gerakan Saemaul Undong mulai lahir semenjak tahun 1970-an. Hingga dikala ini, gerakan ini terbukti mendongkrak pembangunan desa.
"Beberapa bulan lalu, media Korea melaksanakan survei apa yang sanggup dongkrak pembangunan Korea, ternyata jawabannya 70 persen menyebut Saemaul Undong," katanya.
Menurut dia, gerakan itu bukan hanya dorongan untuk pembangunan desa, melainkan semacam gerakan revolusi mental. "Jadi membangun mental masyarakat desa untuk maju," tandasnya.
Sumber: metrotvnews
Foto: Marwan Jafar