Modal Sosial Kunci Pembangunan Desa
Kunci sukses pembangunan di desa yaitu partisipasi masyarakat. Hal itu dikatakan Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo ketika menjadi pembicara kunci dalam obrolan Teras Kita yang diselenggarakan KAGAMA dan KOMPAS dengan tema "Mewujudkan Masyarakat Desa Mandiri" di kantor Kemendes PDTT di Jakarta, Kamis (29/akan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (3).
Kolaborasi antara KAGAMA dengan Kemendes PDTT ini berdasarkan Sekjen PP KAGAMA AAGN Ari Dwipayana yaitu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan ke depan dalam pembangunan desa, mengingat jumlah dana desa yang dialokasikan ke desa semakin besar. Dampaknya harus dilihat, apakah akan berdampak pada penurunan kemiskinan dan ketimpangan sosial atau tidak.
“Dengan obrolan ini kita mendapat feedback mana yang perlu diteruskan dan diperbaiki. Pengawasan sudah lebih bagus. Media bantu sosialisasikan desa-desa yang sukses untuk di-copy, dan partisaipasi masyarakat sangat penting sekali,” ujarnya.
Kolaborasi antara KAGAMA dengan Kemendes PDTT ini berdasarkan Sekjen PP KAGAMA AAGN Ari Dwipayana yaitu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan ke depan dalam pembangunan desa, mengingat jumlah dana desa yang dialokasikan ke desa semakin besar. Dampaknya harus dilihat, apakah akan berdampak pada penurunan kemiskinan dan ketimpangan sosial atau tidak.
“Kita bantu-membantu mendorong agar dana desa yang semakin besar itu dapat memunculkan partisipasi warga sehingga pembangunan desa dapat berkelanjutan dan mandiri. Makara desa dapat berdikari secara politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan/karekter. Tiga kunci pokok itu (partisipasi, kemandirian ekonomi, dan kebudayaan) yang harus diperkuat,” tegasnya.
Ia menambahkan, membangun desa tidak sekadar membangun di desa. Karena, bila membangun di desa artinya sama dengan orang luar yang membangun desa. Padahal masyarakat desa mempunyai modal sosial yaitu kekuatan masyarakat desa dalam upaya memperkuat, memberdayakan, menggerakan pembangunan di desa, dan partisipasi masyarakat menjadi kekuatannya.
Sementara itu, Anggota dewan perwakilan rakyat RI Komisi II Budiman Sudjatmiko mengatakan, bila Indonesia mau maju, investasinya pada neuron/otak dan silicon, sesudah infrastuktur. Menurutnya, kesenjangan akan muncul bukan alasannya yaitu orang terlalu miskin tapi alasannya yaitu segelintir orang terlalu produktif. Mesin yang dikuasai sekelompok korporasi, tidak perlu lagi pacul dan ribuan orang desa. Disitulah, investasi akan otak menurutnya jadi penting.
“Kita dorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), forum riset Perguruan Tinggi, penggiat desa, kerja sama kerja sama dengan desa. Beri beasiswa anak desa yang cerdas. Uang ada ditambah kreativitas, di situlah investasi SDM. Dari BUMDes yang ada, manfaatnya selain untuk pengembangan usaha, digunakan juga untuk beasiswa. Kemudian buat ikatan dinas, belum dewasa desa yang cerdas, sekolahkan, kelola desa sesudah jadi sarjana. Inovasi dan kreativitas, kuncinya,” pungkasnya.
Dialog tersebut juga menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi yaitu Guru Besar Fisipol UGM, Susetiawan, Ketua APDESI Sindawa Tarang, dan Kepala Desa Pandak, Rasito.
Ia menambahkan, membangun desa tidak sekadar membangun di desa. Karena, bila membangun di desa artinya sama dengan orang luar yang membangun desa. Padahal masyarakat desa mempunyai modal sosial yaitu kekuatan masyarakat desa dalam upaya memperkuat, memberdayakan, menggerakan pembangunan di desa, dan partisipasi masyarakat menjadi kekuatannya.
Sementara itu, Anggota dewan perwakilan rakyat RI Komisi II Budiman Sudjatmiko mengatakan, bila Indonesia mau maju, investasinya pada neuron/otak dan silicon, sesudah infrastuktur. Menurutnya, kesenjangan akan muncul bukan alasannya yaitu orang terlalu miskin tapi alasannya yaitu segelintir orang terlalu produktif. Mesin yang dikuasai sekelompok korporasi, tidak perlu lagi pacul dan ribuan orang desa. Disitulah, investasi akan otak menurutnya jadi penting.
“Kita dorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), forum riset Perguruan Tinggi, penggiat desa, kerja sama kerja sama dengan desa. Beri beasiswa anak desa yang cerdas. Uang ada ditambah kreativitas, di situlah investasi SDM. Dari BUMDes yang ada, manfaatnya selain untuk pengembangan usaha, digunakan juga untuk beasiswa. Kemudian buat ikatan dinas, belum dewasa desa yang cerdas, sekolahkan, kelola desa sesudah jadi sarjana. Inovasi dan kreativitas, kuncinya,” pungkasnya.
Dialog tersebut juga menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi yaitu Guru Besar Fisipol UGM, Susetiawan, Ketua APDESI Sindawa Tarang, dan Kepala Desa Pandak, Rasito.