Desa Sebagai Sentra Pertumbuhan Ekonomi Gres Semakin Kasatmata

Sejak Dana Desa digulirkan oleh pemerintah dalam payung aturan Undang-Undang Desa, desa-desa di Indonesia ramai-ramai membenahi diri. Berbagai model kewirausahaan sosial berbasis BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) muncul dan berkembang. Tentu masih banyak duduk perkara yang harus diurus, namun mimpi menimbulkan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi gres semakin nyata.
Sejak Dana Desa digulirkan oleh pemerintah dalam payung aturan Undang Desa Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Semakin Nyata

Kisah sukses dari Desa Ponggok yang terletak di Klaten Jawa tengah yaitu salah satu cerita sukses dana desa. Berawal dari desa miskin dengan pendapatan tahunan hanya 14 Juta di tahun 2006 kita berkembang menjadi menjadi makmur dengan total pendapatan 15 Milyar rupiah di tahun 2017. 

Saat ini BUMDes Desa Ponggok menaungi 13 unit usaha, mulai dari wisata air hingga warung kelontong. Semuanya dikelola secara profesional, modern, dan memanfaatkan teknologi informasi. Program kesejahteraannya pun beragam, mulai dari subsidi untuk pendidikan tinggi hingga "gaji" untuk para lansia.

Namun menurut Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah cukup. Karena, berapapun dana yang digulirkan pemerintah ke desa, desa-desa di masa digital tidak akan sanggup bertahan dan bersaing secara global jikalau masih bertindak sendiri-sendiri. Desa-desa harus mulai menjalin kerja sama ekonomi dengan desa-desa lain disekitarnya, maupun antar desa di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir pasca Undang-undang Desa, dia bersama teman-teman pegiat desa aktif mendorong desa-desa untuk tidak hanya membangun BUMDes, tapi juga bergabung membangun entitas ekonomi yang lebih besar yakni BUMADes (Badan Usaha Milik Antar Desa).


Budiman Sudjatmiko menyakini bahwa dalam jejaring kerja sama ekonomi antardesa ini, terlebih jikalau dia menjadi perusahaan-perusahaan teknologi dan data raksasa, akan berkembang menjadi sebuah kekuatan ekonomi gres yang kompetitif secara global. 

Karenanya, jejaring desa-kota dan jejaring kampung-kampus harus segera dirintis dan dibangun. Desa, dengan segala modal ekonomi dan sosial yang dimilikinya ketika ini harus segera dihubungkan dengan pelaku ekonomi, pencetus sosial dan inovator teknologi yang ada di kota dan dunia untuk sanggup bekerja bersama mengeksplorasi peluang yang terbuka oleh alasannya yaitu perkembangan teknologi. Kreativitas kota, kebajikan desa dan peluang dunia harus bertemu untuk membangun dan mengembangkan solusi digital yang inovatif, dengan didasari semangat  partisipasi, kolaborasi, desentralisasi, keterbukaan dan multidisiplin. 

Karena itu pula, sebuah ikhtiar dan kerjasama raksasa harus dibangun di antara mereka yang bekerja untuk membuat masyarakat cerdas (pejabat publik yang visioner, pendidik yang inovatif dan wirausahawan sosial yang inklusif), mereka yang membuat alat teknologi cerdas (pakar kecerdasan buatan/mesin pembelajar, pakar ilmu data, hebat blockchain dan sebagainya) dengan mereka yang membuat badan biologis kita cerdas (ahli neuroscience, perekayasa genetik, pakar biologi sintetik dan semacamnya). 

Merekalah inovator-inovator sosial dan teknologi yang terus berguru dari alam dan memastikan semua yang dibentuk oleh insan sesuai dengan hukum-hukum alam, bicara dengan bahasa alam (baca: matematika) dan rangsang neuron (denyut sel saraf otak). 

Revolusi Industri 4.0 cuma bisa kita menangkan dengan cara-cara di atas. Ia membuka tak terhingga peluang kepada kita untuk menjadi bangsa yang berkedaulatan dalam data, berkeadilan dalam teknologi dan kanal informasi.

Suatu masa depan, di mana setiap penemuan teknologi akan membawa  kehidupan yang lebih baik untuk semua pandu bangsa, di mana kemajuan teknologi tidak mengancam prospek pekerjaan, tetapi justru membuat segudang peluang dan kesempatan bisnis; di mana setiap individu mempunyai kuasa penuh atas isu yang dia bagi di dunia maya, dengan siapa dia membaginya dan bagaimana isu tersebut dimanfaatkan di mana konektivitas fisik dan digital menjadi perwujudan yang gotong royong dari persatuan Indonesia dan bahkan kemanusiaan yang adil dan beradab. 

Konektivitas yang meruntuhkan tembok geografis, sosial dan kultural yang memisahkan, serta memberi kesempatan yang sama pada tiap-tiap pandu bangsa untuk mempunyai kanal sumber daya alam dan digital, dan berkontribusi terhadap proses perubahan, pengelolaan dan kemajuan negara.

Ia juga tak mempungkirinya bahwa ada rasa was-was dan kekhawatiran yang senantiasa mengiringi impian untuk maju. Khawatir yaitu wujud kehati-hatian. Tapi penolakan pada kemajuan yaitu refleksi keterancaman akan terganggunya kemapanan diri dan kelompok yang nyaman berselimut gelap masa lalu.

Dalam pidato kebudayaan, Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, dia mengajak kita semua, untuk berpihak pada masa depan, mengubah kekhawatiran menjadi energi yang bisa mendorong gelombang sejarah ke arah yang sempurna - arah yang memungkinkan kita mewujudkan mimpi-mimpi besar bangsa Indonesia.

Tulisan disarikan dari Pidato Kebudayaan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko, "Indonesia 4.0: Berguru Pada Alam Yang Terkembang" pada Kongres Kebudayaan Indoensia 2018.

Pidato lengkap unduh disini.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel