Internet Masuk Gampong, Tingkat Malek Teknologi Meningkat

GampongRT - Internet masa kini telah menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat Indonesia baik di kota maupun di desa (kampung/gampong). Walaupun dalam segi perkembangan teknologinya, masyarakat kota lebih maju dibandingkan masyarakat desa. 

Yang niscaya masyarakat gampong (desa), terutama belum dewasa muda sudah banyak yang tidak lagi gabtek alias buta teknologi atau gagab teknologi. Buktinya, banyak belum dewasa desa atau anak kampung yang sudah menggunakan situs jejaring sosial, seperti facebook, twitter, google plus+, linkedIn, instagram, dan lain-lain. 


Kemajuan teknologi, "seperti wabah" menciptakan banyak masyarakat menjadi kecanduan dengan jenjaring sosial baik renta maupun muda. Siapa saja sanggup dengan sangat gampang mengembangkan informasi, mengembangkan foto, mengembangkan kegalauan bahkan saling pamer narsis. "Banyak orang hingga mau tidurpun ditulis di jenjaring sosial"


Berdasarkan hasil survey http://www.internetworldstats.com, pengguna internet di Indonesia tumbuh lebih 1.000 persen dalam 10 tahun terakhir. Namun, pertumbuhan ini, bila dibandingkan dengan total penduduk Indonesia yang mencapai 237,5 juta jiwa, jumlah pengguna internet di Indonesia masih relatif kecil atau hanya sekitar 10 persennya saja. Padahal di Negara Asia lainnya penggunaan internet mencapai 20 persen dari jumlah penduduknya.


Sementara di Aceh, biarpun belum ada lembaga resmi yang melaksanakan survey pengguna internet. Namun tingkat malek teknologi sanggup dipastikan semaking meningkat di semua kabupaten/kota di provinsi Aceh. 


Bagi yang menggunakan hand phone untuk kanal internet, tentu memerlukan daya batrai Hp yang cukup, supaya sanggup tetap terhubung dengan internet sepanjang waktu. "Apalagi kondisi listrik kita diseluruh Aceh, "sering mati hidup-hidup mati". 


Anak desa, supaya sanggup terhubung ke internet sepanjang waktu, tinggal kita membeli alat cerdas penyimpan arus yang sanggup kita bawa kemana saja, namanya "powerbank". Alat ini sanggup membatu kita, supaya hand phone sanggup selalu aktif. 


Mengutip situs www.jppn.com. Powerbank menyerupai sudah menjadi barang wajib bagi pemilik ponsel masa kini. Tak heran kalau kini di pasaran banyak sekali tersedia powerbank ratusan brand dan banyak sekali kapasitas. Problemnya kapasitas powerbank ini tidak gampang diukur. Kaprikornus sanggup saja pabrikan menuliskan kapasitas 10.400 mAh padahal di dalamnya hanya 5200 mAh. Adapula yang kapasitasnya sama, tetapi harganya terpaut sangat jauh. 


Merek-merek powerbank populer juga kadang dipalsu. Beberapa web dari merek-merek populer memperlihatkan info bagaimana membedakan powerbank yang orisinil dan palsu, biasanya dilengkapi dengan banyak sekali foto untuk kita lebih aware. 


Berikut info yang sanggup dijadikan panduan untuk membeli powerbank: 


1. Sebisa mungkin belilah powerbank dengan merek yang Anda sudah kenal punya reputasi baik di bidang baterai atau peralatan listrik/elektronik. Atau untuk merek-merek yang tidak Anda kenal, coba tanya kepada rekan yang pernah memakainya. Biasanya opini mereka yaitu hasil dari pemakaian, yang lebih tepat. Apalagi kalau powerbank tersebut sudah digunakan usang dan tetap baik. Informasi ini terkadang ada di internet yang sanggup Anda baca di forum-forum atau blog, lewat mesin pencari menyerupai google


2. Sebisa mungkin beli powerbank di kawasan yang memang authorized dari merek tersebut. Atau setidaknya mendapat jaminan dari penjualnya. Kebanyakan penjual tahu kualitas barang yang mereka jual 


3. Biasanya powerbank yang baik mencantumkan baterai apa yang digunakan di dalamnya. Biasanya merek baterai di dalam yang digunakan merek-merek manis dibentuk pabrikan besar menyerupai Samsung, Sanyo dll. 


4. Powerbank yang baik, biasanya berani memperlihatkan garansi, minimal 6 bulan. Ada yang memperlihatkan garansi 1 tahun. Tanyakan kepastian kalau klaim garansi harus ke mana. Jika kawasan Anda beli berani memperlihatkan jaminan untuk membawa barang yang defect atau rusak kembali ke mereka untuk membantu garansi, itu lebih baik. Powerbank yang memperlihatkan garansi hanya 1 bulan bahkan kurang, sebaiknya lupakan saja. Berarti kemungkinan besar kualitasnya harus dipertanyakan. 


5. Harga. Ini duduk perkara krusial yang menciptakan banyak orang membeli powerbank yang salah. Kalau di pasaran misalkan harga powerbank dengan kapasitas 10.400 mAh rata-rata Rp 400 ribu, dikala ada powerbank dengan kapasitas yang sama tetapi berharga hanya setengahnya, berhati-hatilah, mungkin kapasitasnya tidak benar, mungkin juga sistem keamanannya tidak terjamin. 


6. Powerbank bukan barang dengan bobot ringan. Kebanyakan orang ingin powerbank sekecil mungkin tapi dengan kapasitas sebesar mungkin. Ini too good to be true. Kalau rata-rata powerbank dengan kapasitas 10.400 mAh ukurannya cukup besar dan berat, tiba-tiba ada powerbank dengan kapasitas sama yang ukurannya menjadi setengahnya dan lebih ringan jauh, patut dipertanyakan. Baterai itu menyerupai botol air. Untuk kapasitas air yang lebih banyak, botolnya harus lebih besar. 


Penggunaan baterai Lithium Polymer sanggup menciptakan powerbank lebih tipis, tetapi tidak hingga terlalu jauh ukurannya dari segi fisik. Bahkan untuk mengelabui pembeli, seringkali ada powerbank yang isi baterainya sedikit, tetapi bobotnya besar dan berat alasannya diisi pasir. 


Mengacu kepada garansi, sanggup meminimalisir mendapat barang bodong ini, alasannya biasanya barang bodong tidak bergaransi. (dtc/fia)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel