Cara Menyelamat Diri Dari Tragedi Berdasarkan Islam (Catatan 10 Tahun Tsunami Aceh)
10 tahun yang kemudian tepatnya pada Minggu, 26 Desember 2004 di bumi Aceh terjadi musibah dan tragedi yang sangat dahsyat.
Musibah dan tragedi tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu rakyat Aceh meninggal dunia, ratusan ribu rumah penduduk dan inprastruktur publik Aceh hancur oleh gempa bumi dan gelombang Tsunami.
Mereka yang senantiasa beristighfar dan minta ampun bertobat kepada Allah dari segenap dosa yang dilakukannya, baik secara sadar ataupun tidak akan senantiasa mendapat proteksi Allah swt dari tragedi dan musibah. Allah swt berfirman: “Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang engkau (wahai Muhammad) berada diantara mereka, dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka senantiasa istighfar minta ampun” (Al-Anfal 4.33).
Meningkatkan Iman dan Taqwa merupakan benteng yang sanggup menyelamatakan kita dari tragedi dan musibah serta akan membawa kita kepada kehidupan yang penuh berkat, Allah berfirman :
“Kalau penduduk suatu negeri senantiasa beriman dan bertaqwa, pasti akan Kami bukakan bagi mereka pintu keberkatan dari langit dan bumi, namun apabila mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami akan menyiksa mereka lantaran tingkah laris mereka itu” (Al-A’raf 7:96)
3. Mensyukuri Nikmat Allah dan Menjauhkan diri dari Kufur Nikmat
Mensyukuri nikmat Allah akan membawa berkat dalam kehidupan dan sekaligus merupakan benteng yang akan menyelamatkan seseorang dari tragedi dan musibah, sebaliknya kufur terhadap nikmat Allah akan mengundang siksaan yang sangat dahsyat dari Allah lantaran tragedi dan musibah yang diturunkanNya, Allah berfirman :
“Dan ingatlah saat Tuhan mu memaklumkan: Sungguh jikalau kau mensyukuri nikmatKu, pasti akan saya tambah (nikmat) pada mu, dan jikalau kau kufur pada nikmat yang Aku berikan, pasti azabku sangat pedih” (Ibrahim 14:7)
Kufur nikmat adalah, semakin banyak nikmat Allah yang diterima semakin jauh pula ia dari Allah, kufur nikmat artinya juga mempergunakan nikmat pemberian Allah hanya untuk kepuasan hawa nafsu, bukan untuk hal-hal yang diridhai Allah.
Dalam Al-Quran Allah menggambarkan suatu negeri yang penuh dengan nikmatNya, akan tetapi lantaran penduduk negeri tersebut kufur terhadap nikmat Allah maka negeri itupun jadinya ditimpa tragedi dan musibah, ibarat yang difirmankan Allah di dalam Al-Qu’an:
“Dan Allah telah menciptakan suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya kondusif lagi tenteram, rezki tiba melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya kufur pada ni’mat-ni’mat Allah; lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka ancaman kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat” (An-Nahl 16:112).
4. Menjauhkan diri dari Hedonisme
Gaya kehidupan hedonisme yang hanya mengejar kemewahan materi, hidup glamour penuh besar hati ria sepanjang hari dengan aneka ragam hiburan yang mengundang maksiat akan mengundang kemurkaan Allah dan menjadikan tragedi serta musibah yang menghancur leburkan suatu negeri. Sebagaimana diperingatkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim:
“Dan jikalau Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang suka hidup glamor (berfoya-foya) dinegeri itu supaya ta’at kepada Allah swt. namun mereka melaksanakan kedurhakaan (kefasikan) dalam negeri itu. maku sepantasnya berlaku pada mereka ketetapan hukum, maka Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (Al-lsra’ 17).
Al-Qur’an menggambarkan diantara penyebab dimasukkannya seseorang kedalam neraka kelak ialah kehidupan mereka yang suka berfoya foya dan bergembira ria dengan beraneka hiburan dan tontonan mengejar kepuasan hawa nafsu belaka, senda gurau tanpa batas, sementara ibadah mereka abaikan, Allah berfirman :
“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka ia akan berteriak histeris: “Celakalah aku!”. Dan ia akan masuk neraka yang bernyala-nyala. Sesungguhnya ia dahulu didunia suka hidup bergembira ria. Sesungguhnya ia menyangka tidak akan kembali kepada Tuhannya” (Al-Insyiqaaq 84; 10-14)
“Apa alasannya kau hingga masuk neraka saqar? Mereka menjawab” Karena dahulunya kami tidak termasuk orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak pula memberi makan orang miskin. Dan kami suka berbicara yang bathil, bersama dengan orang yang membicarakannya. Dan kami juga mendustakan hari pembalasan. Sehingga datanglah pada kami kematian” (Al-Mudatsir 74:42-47)
5. Menegakkan Amar Ma'ruf
Menegakkan da’wah amar ma’ruf, mengajak “manusia untuk mengamalkan ayat-ayat Allah, menegakkan yang haq, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga mengajak orang-orang sekitanya merupakan salah satu benteng pengaman diri dari tragedi dan musibah akhir kemurkaan Allah swt.
Allah tidak akan membinasakan suatu negeri apabila dalam negeri tersebut masih terdapat orang-orang yang punya kepedulian da’wah, mengajak masyarakatnya untuk menegakkan syari’at secara kaaffah, Allah berfirman :
“Dan tidaklah Tuhanmu akan membinasakan suatu negeri secara zalim sedang penduduk negeri itu senantiasa melaksanakan perbaikan (amar ma’ruf)” (Hud 11:117).
6. Mencegah Kemungkaran
Disamping menegakkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran atau kemaksiatan ditengah masyarakat merupakan salah satu benteng yang akan menyelamatkan kita dari tragedi dan musibah, Allah berfirman :
“Allah mengutuk orang-orang kafir dari Bani lsrail dengan mulut Daud dan Isa bin Maryam. Yang demikian itu lantaran kedurhakaan mereka dan tingkah laris mereka yang melampaui batas. Mereka tidak punya kepedulian untuk niencegah kemungkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat” (Al-Maidah 5: 78-79)
“Menurut keterangan Hudzaifah bin Yaman, bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda: “Demi Yang diriku ditanganNya, hendaklah kau menegakkan yang ma’ruf dan hendaklah kau mencegah yang mungkar, atau akan tiba masanya Allah menurunkan eksekusi (bencana) kepadamu, kemudian kau berdo’a namun Allah tidak akan memperkenankan do’amu itu” (HR. Ahmad & Turrmudzi)
“Menurut keterangan Aisyah ra. Saya pernah mendengar Rasulullah saw. besabda: “Tegakkanlah yang ma’ruf dan cegahlah kemungkaran sebelum tiba masanya kau berdo’a namun tidak diperkenankan Allah do’amu” (HR.Ibmu Majah).
7. Mencegah Kedzaliman
Kedzaliman merupakan salah satu pemicu kemurkaan Allah SWT. Dalam sebuah hadist qudsi Allah berfirman :
“Wahai hambaku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman pada diriKu, dan Akupun mengharamkan untuk sesama kamu, maka janganlah kau saling mendzalimi” (HR.Muslim dari Abi Dzar al-Ghifariy).
“Dan tidaklah Kami membinasakan suatu negeri melainkan apabila penduduk negeri itu berlaku dzalim” (Al-Qashah 28:59).
Dalam Al-Quran Allah swt. meperingatkan bahwa betapa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah swt pada masa yang kemudian lantaran kedzaliman yang telah merajalela di tengah negeri itu.
“Betapa banyak negeri yang Kami binasakan penduduknya lantaran mereka berbuat dzalim, maka tembok-tembok negeri itupun roboh menutupi atapnya, dan betapa banyak pula sumur-sumur yang telah ditinggalkan, demikian juga istana-istana yang megah (pun ditinggalkan)” (Al-Haj 22: 45).
Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat-ayat diatas selain penganiayaan atau tindakan sewenang wenang yang berkuasa terhadap rakyat, atau kesewenangan yang kaya terhadap orang miskin, orang yang berpengaruh terhadap yang lemah, berdasarkan terminologi Al-Qur’an kemusyrikan juga termasuk kedzaliman, bahkan termasuk induk kemusyrikan sebagaimana wasiat Luqmanul Hakim pada anaknya:
“Dan ingatlah saat Luqman berwasiat kepada anaknya diwaktu ia menawarkan pengajaran kepadanya: Wahai. Anakku ! Janganlah kau mempersekutukan Allah lantaran kemusyrikan itu merupakan kedzaliman yang besar” (Luqman 31: 13).
Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana. Apabila goresan pena ini bermanfaat silahkan disebarkan. Semoga apa yang kita lakukan menjadi amal untuk darul abadi kelak. Dan semoga saudara-saudara kita korban musibah Gempa dan Tsunami diampuni dosanya dan Allah masukan dalam Syurga-Nya.
Alhamdulillah masyarakat Aceh, Allah berikan jiwa yang tegar dan sabar atas musibah tersebut. Buah dari kesabaran dan ketegaran, sehingga dalam hitungan hari aneka macam tunjangan tiba baik dari dalam negeri maupun dari aneka macam penjuru dunia, mulai dari benua Arab, China, Eropa, bahkan hingga dari benua Hindia.
Hari demi hari dan bulan berganti tahun, berlahan-lahan masyarakat Aceh terus berdiri memperbaiki diri dari pora-poranda Tsunami dan "kini Aceh sudah lebih indah dari sebelumnya". Sebagai ungkapan terima kasih atas segala tunjangan yang telah diberikan oleh bangsa-bangsa di dunia, khususnya masyarakat Indonesia.
Pemerintah bersama masyarakat Aceh menggelar Peringatan 10 Tahun Tsunami Aceh yang dipusatkan di Kota Banda Aceh, pada 25-28 Desember 2014. Harapan kita, peringatan musibah tsunami tahun ini, tidak sekedar program serimonial saja, tapi harus ada langkah maju dalam penanganan kebencanaan baik kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi tragedi yang lebih baik untuk tahun-tahun selanjutnya, mengingat tragedi dan musibah tidak pernah luput dalam kehidupan manusia.
Karena sudah merupakan sunnatullah bahwa kehidupan insan di dunia ini tidak pernah luput dari pada cobaan, tragedi dan musibah dengan segala macam bentuknya, mulai dari tragedi ketakutan lantaran adanya hura-hara, tragedi alam, gunung meletus, tragedi kelaparan lantaran kekurangan masakan akhir kemarau yang berkepanjangan atau kemiskinan yang berlebihan hingga dengan musibah kematian dengan cara yang biasa hingga dengan yang mengerikan.
Dalam momentum memperingati 10 tahun musibah dan tragedi Tsunami. Dalam Al-Qur’an dan Sunnah kita akan menemukan beberapa arahan dan petunjuk yang sanggup menyelamatkan kita dari tragedi dan musibah.
Berikut cara menyelamatkan diri dari musibah dan tragedi berdasarkan Islam yang dikutip dari aneka macam referensi, antara lain:
1. Istighfar dan Taubat
Mereka yang senantiasa beristighfar dan minta ampun bertobat kepada Allah dari segenap dosa yang dilakukannya, baik secara sadar ataupun tidak akan senantiasa mendapat proteksi Allah swt dari tragedi dan musibah. Allah swt berfirman: “Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang engkau (wahai Muhammad) berada diantara mereka, dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka senantiasa istighfar minta ampun” (Al-Anfal 4.33).
Istighfar dan taubat merupakan benteng utama yang akan menyelamatkan seseorang dari tragedi dan musibah, lantaran pada umumnya tragedi dan musibah itu timbul ialah akhir dari dosa manusia, Allah swt. berfirman :
“Dan apa saja musibah yang menimpa dirimu, maka ialah disebabkan lantaran dosa-dosamu, dan Allah memaafkan sebahagian dari dosa-dosamu” (As-Syura 42:30).
2. Meningkatkan Iman dan Taqwa
Meningkatkan Iman dan Taqwa merupakan benteng yang sanggup menyelamatakan kita dari tragedi dan musibah serta akan membawa kita kepada kehidupan yang penuh berkat, Allah berfirman :
“Kalau penduduk suatu negeri senantiasa beriman dan bertaqwa, pasti akan Kami bukakan bagi mereka pintu keberkatan dari langit dan bumi, namun apabila mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami akan menyiksa mereka lantaran tingkah laris mereka itu” (Al-A’raf 7:96)
3. Mensyukuri Nikmat Allah dan Menjauhkan diri dari Kufur Nikmat
Mensyukuri nikmat Allah akan membawa berkat dalam kehidupan dan sekaligus merupakan benteng yang akan menyelamatkan seseorang dari tragedi dan musibah, sebaliknya kufur terhadap nikmat Allah akan mengundang siksaan yang sangat dahsyat dari Allah lantaran tragedi dan musibah yang diturunkanNya, Allah berfirman :
“Dan ingatlah saat Tuhan mu memaklumkan: Sungguh jikalau kau mensyukuri nikmatKu, pasti akan saya tambah (nikmat) pada mu, dan jikalau kau kufur pada nikmat yang Aku berikan, pasti azabku sangat pedih” (Ibrahim 14:7)
Kufur nikmat adalah, semakin banyak nikmat Allah yang diterima semakin jauh pula ia dari Allah, kufur nikmat artinya juga mempergunakan nikmat pemberian Allah hanya untuk kepuasan hawa nafsu, bukan untuk hal-hal yang diridhai Allah.
Dalam Al-Quran Allah menggambarkan suatu negeri yang penuh dengan nikmatNya, akan tetapi lantaran penduduk negeri tersebut kufur terhadap nikmat Allah maka negeri itupun jadinya ditimpa tragedi dan musibah, ibarat yang difirmankan Allah di dalam Al-Qu’an:
“Dan Allah telah menciptakan suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya kondusif lagi tenteram, rezki tiba melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya kufur pada ni’mat-ni’mat Allah; lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka ancaman kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat” (An-Nahl 16:112).
4. Menjauhkan diri dari Hedonisme
Gaya kehidupan hedonisme yang hanya mengejar kemewahan materi, hidup glamour penuh besar hati ria sepanjang hari dengan aneka ragam hiburan yang mengundang maksiat akan mengundang kemurkaan Allah dan menjadikan tragedi serta musibah yang menghancur leburkan suatu negeri. Sebagaimana diperingatkan Allah dalam Al-Qur’anul Karim:
“Dan jikalau Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang suka hidup glamor (berfoya-foya) dinegeri itu supaya ta’at kepada Allah swt. namun mereka melaksanakan kedurhakaan (kefasikan) dalam negeri itu. maku sepantasnya berlaku pada mereka ketetapan hukum, maka Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (Al-lsra’ 17).
Al-Qur’an menggambarkan diantara penyebab dimasukkannya seseorang kedalam neraka kelak ialah kehidupan mereka yang suka berfoya foya dan bergembira ria dengan beraneka hiburan dan tontonan mengejar kepuasan hawa nafsu belaka, senda gurau tanpa batas, sementara ibadah mereka abaikan, Allah berfirman :
“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka ia akan berteriak histeris: “Celakalah aku!”. Dan ia akan masuk neraka yang bernyala-nyala. Sesungguhnya ia dahulu didunia suka hidup bergembira ria. Sesungguhnya ia menyangka tidak akan kembali kepada Tuhannya” (Al-Insyiqaaq 84; 10-14)
“Apa alasannya kau hingga masuk neraka saqar? Mereka menjawab” Karena dahulunya kami tidak termasuk orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak pula memberi makan orang miskin. Dan kami suka berbicara yang bathil, bersama dengan orang yang membicarakannya. Dan kami juga mendustakan hari pembalasan. Sehingga datanglah pada kami kematian” (Al-Mudatsir 74:42-47)
5. Menegakkan Amar Ma'ruf
Menegakkan da’wah amar ma’ruf, mengajak “manusia untuk mengamalkan ayat-ayat Allah, menegakkan yang haq, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga mengajak orang-orang sekitanya merupakan salah satu benteng pengaman diri dari tragedi dan musibah akhir kemurkaan Allah swt.
Allah tidak akan membinasakan suatu negeri apabila dalam negeri tersebut masih terdapat orang-orang yang punya kepedulian da’wah, mengajak masyarakatnya untuk menegakkan syari’at secara kaaffah, Allah berfirman :
“Dan tidaklah Tuhanmu akan membinasakan suatu negeri secara zalim sedang penduduk negeri itu senantiasa melaksanakan perbaikan (amar ma’ruf)” (Hud 11:117).
6. Mencegah Kemungkaran
Disamping menegakkan yang ma’ruf, mencegah kemungkaran atau kemaksiatan ditengah masyarakat merupakan salah satu benteng yang akan menyelamatkan kita dari tragedi dan musibah, Allah berfirman :
“Allah mengutuk orang-orang kafir dari Bani lsrail dengan mulut Daud dan Isa bin Maryam. Yang demikian itu lantaran kedurhakaan mereka dan tingkah laris mereka yang melampaui batas. Mereka tidak punya kepedulian untuk niencegah kemungkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat” (Al-Maidah 5: 78-79)
“Menurut keterangan Hudzaifah bin Yaman, bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda: “Demi Yang diriku ditanganNya, hendaklah kau menegakkan yang ma’ruf dan hendaklah kau mencegah yang mungkar, atau akan tiba masanya Allah menurunkan eksekusi (bencana) kepadamu, kemudian kau berdo’a namun Allah tidak akan memperkenankan do’amu itu” (HR. Ahmad & Turrmudzi)
“Menurut keterangan Aisyah ra. Saya pernah mendengar Rasulullah saw. besabda: “Tegakkanlah yang ma’ruf dan cegahlah kemungkaran sebelum tiba masanya kau berdo’a namun tidak diperkenankan Allah do’amu” (HR.Ibmu Majah).
7. Mencegah Kedzaliman
Kedzaliman merupakan salah satu pemicu kemurkaan Allah SWT. Dalam sebuah hadist qudsi Allah berfirman :
“Wahai hambaku! Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman pada diriKu, dan Akupun mengharamkan untuk sesama kamu, maka janganlah kau saling mendzalimi” (HR.Muslim dari Abi Dzar al-Ghifariy).
“Dan tidaklah Kami membinasakan suatu negeri melainkan apabila penduduk negeri itu berlaku dzalim” (Al-Qashah 28:59).
Dalam Al-Quran Allah swt. meperingatkan bahwa betapa banyak negeri yang telah dibinasakan Allah swt pada masa yang kemudian lantaran kedzaliman yang telah merajalela di tengah negeri itu.
“Betapa banyak negeri yang Kami binasakan penduduknya lantaran mereka berbuat dzalim, maka tembok-tembok negeri itupun roboh menutupi atapnya, dan betapa banyak pula sumur-sumur yang telah ditinggalkan, demikian juga istana-istana yang megah (pun ditinggalkan)” (Al-Haj 22: 45).
Yang dimaksud dengan kezhaliman dalam ayat-ayat diatas selain penganiayaan atau tindakan sewenang wenang yang berkuasa terhadap rakyat, atau kesewenangan yang kaya terhadap orang miskin, orang yang berpengaruh terhadap yang lemah, berdasarkan terminologi Al-Qur’an kemusyrikan juga termasuk kedzaliman, bahkan termasuk induk kemusyrikan sebagaimana wasiat Luqmanul Hakim pada anaknya:
“Dan ingatlah saat Luqman berwasiat kepada anaknya diwaktu ia menawarkan pengajaran kepadanya: Wahai. Anakku ! Janganlah kau mempersekutukan Allah lantaran kemusyrikan itu merupakan kedzaliman yang besar” (Luqman 31: 13).