Fokus Penggunaan Dana Desa Bergeser Mulai Tahun Depan
Ayo Bangun Desa - Penggunaan dana desa untuk kebutuhan membangun infrastruktur dasar ditargetkan tamat tahun ini. Peruntukan dana desa sudah harus bergeser untuk pemberdayaan masyarakat di tahun 2018.
Program dana desa harus sudah fokus pada upaya pemberdayaan masyarakat. “Tahun ini, infrastruktur dasar desa dibutuhkan sudah terpenuhi semua sehingga sudah saatnya bergeser kegiatan untuk mengungkit pemberdayaan ekonomi masyarakat desa,” papar Eko seusai melaksanakan kunjungan kerja ke Malang, Jawa Timur, Senin (27/3).
Pernyataan ini disampaikan Eko seiring dengan akan terus meningkatnya alokasi anggaran untuk dana desa yang tahun depan mencapai 120 triliun rupiah. Dengan kata lain, setiap desa nantinya akan mendapat anggaran sekitar 1,8 miliar rupiah per tahun. Untuk itu, kata Eko, kementeriannya akan memperkuat pengembangan Program Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades). Nantinya, setiap pemimpin daerah diwajibkam untuk menetapkan satu fokus pengembangan potensi wilayahnya.
“Prukades ini akan dijadikan kegiatan nasional, kepala daerah silakan pilih fokus pengembangannya. Nanti sesuai instrukai Presiden, ada 19 kementerian dan forum yang akan terjun untuk mempercepat program,” ujar Eko. Eko menyebutkan setiap desa sanggup menentukan fokus pengembangan apakah akan masuk ke bidang pertanian, kelautan, atau pariwisata. Sejumlah daerah, berdasarkan dia, telah menerapkan kegiatan tersebut untuk memberdayakan masyarakatnya. “Seperti di Halmahera mau fokus di jagung, nanti Kementerian Pertanian akan turun bantu bibit,” katanya.
Potensi Ekowisata
Begitu juga dengan Sulawesi Utara yang sudah menentukan fokus berbagi sektor pariwisata. Kemudian, pemerintah turun eksklusif untuk membuka lima penerbangan eksklusif ke luar negeri. “Seperti itu nanti wujud support pemerintah pusat,” kata Eko. Tidak hanya di Sulut, pengembangan potensi desa di bidang pariwisata utamanya ekowisata juga dilakukan Desa Sanankerto, Turen, Malang, Jawa Timur, melalui ekowisata Boon Pring.
Kawasan wisata yang dikembangkan melalui dana desa tersebut berfungsi sebagai sumber irigasi utama. Tiga desa dialiri dari sumber tersebut, adalah Desa Sanankerto, Desa Sananrejom, dan Desa Pagedangan. “Awalnya tempat ini hanya kebun bambu, kemudian ada kegiatan konservasi masyarakat, maka pada tahun 1978 dibangun embung,” ujar Kepala Desa Sanankerto, Subur. Pada tahun 2014 lalu, lanjut Subur, kawasan Boon Pring dikembangkan memakai konsep ekowisata. Dengan luas dan kedalaman tiga meter, pemanfaatan embung semakin luas, adalah untuk sektor perikanan dan wisata perahu.
Disalurkannya Dana Desa (DD) menginspirasi masyarakat untuk menciptakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kertoharjo. “Ekowisata Boon Pring pun menjadi salah satu unit usahanya,” terang dia. Ia menjelaskan, pada 2016, ekowisata ini sanggup menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 130 juta rupiah per tahun. “BUMDes juga akan kami kembangkan lagi dengan menyertakan modal sebesar 170 juta rupiah yang diambil dari dana desa,” ungkapnya. Rencananya, DD tahun 2017 akan dipakai untuk pengembangan ekowisata. Sebesar 80 juta rupiah untuk pembangunan bak renang, 40 juta rupiah untuk flying fox, dan 50 juta rupiah untuk sepeda perahu.
Koran-jakarta.com
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tranamigrasi, Eko Putro Sandjojo, menyampaikan bahwa tiga tahun semenjak digelontorkannya dana desa pada 2015 sudah melaksanakan pembangunan infrastruktur dasar ibarat jalan, irigasi, dan sebagainya.
Program dana desa harus sudah fokus pada upaya pemberdayaan masyarakat. “Tahun ini, infrastruktur dasar desa dibutuhkan sudah terpenuhi semua sehingga sudah saatnya bergeser kegiatan untuk mengungkit pemberdayaan ekonomi masyarakat desa,” papar Eko seusai melaksanakan kunjungan kerja ke Malang, Jawa Timur, Senin (27/3).
Pernyataan ini disampaikan Eko seiring dengan akan terus meningkatnya alokasi anggaran untuk dana desa yang tahun depan mencapai 120 triliun rupiah. Dengan kata lain, setiap desa nantinya akan mendapat anggaran sekitar 1,8 miliar rupiah per tahun. Untuk itu, kata Eko, kementeriannya akan memperkuat pengembangan Program Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades). Nantinya, setiap pemimpin daerah diwajibkam untuk menetapkan satu fokus pengembangan potensi wilayahnya.
“Prukades ini akan dijadikan kegiatan nasional, kepala daerah silakan pilih fokus pengembangannya. Nanti sesuai instrukai Presiden, ada 19 kementerian dan forum yang akan terjun untuk mempercepat program,” ujar Eko. Eko menyebutkan setiap desa sanggup menentukan fokus pengembangan apakah akan masuk ke bidang pertanian, kelautan, atau pariwisata. Sejumlah daerah, berdasarkan dia, telah menerapkan kegiatan tersebut untuk memberdayakan masyarakatnya. “Seperti di Halmahera mau fokus di jagung, nanti Kementerian Pertanian akan turun bantu bibit,” katanya.
Potensi Ekowisata
Begitu juga dengan Sulawesi Utara yang sudah menentukan fokus berbagi sektor pariwisata. Kemudian, pemerintah turun eksklusif untuk membuka lima penerbangan eksklusif ke luar negeri. “Seperti itu nanti wujud support pemerintah pusat,” kata Eko. Tidak hanya di Sulut, pengembangan potensi desa di bidang pariwisata utamanya ekowisata juga dilakukan Desa Sanankerto, Turen, Malang, Jawa Timur, melalui ekowisata Boon Pring.
Kawasan wisata yang dikembangkan melalui dana desa tersebut berfungsi sebagai sumber irigasi utama. Tiga desa dialiri dari sumber tersebut, adalah Desa Sanankerto, Desa Sananrejom, dan Desa Pagedangan. “Awalnya tempat ini hanya kebun bambu, kemudian ada kegiatan konservasi masyarakat, maka pada tahun 1978 dibangun embung,” ujar Kepala Desa Sanankerto, Subur. Pada tahun 2014 lalu, lanjut Subur, kawasan Boon Pring dikembangkan memakai konsep ekowisata. Dengan luas dan kedalaman tiga meter, pemanfaatan embung semakin luas, adalah untuk sektor perikanan dan wisata perahu.
Disalurkannya Dana Desa (DD) menginspirasi masyarakat untuk menciptakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kertoharjo. “Ekowisata Boon Pring pun menjadi salah satu unit usahanya,” terang dia. Ia menjelaskan, pada 2016, ekowisata ini sanggup menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 130 juta rupiah per tahun. “BUMDes juga akan kami kembangkan lagi dengan menyertakan modal sebesar 170 juta rupiah yang diambil dari dana desa,” ungkapnya. Rencananya, DD tahun 2017 akan dipakai untuk pengembangan ekowisata. Sebesar 80 juta rupiah untuk pembangunan bak renang, 40 juta rupiah untuk flying fox, dan 50 juta rupiah untuk sepeda perahu.
Koran-jakarta.com