Bayu Setyo Nugroho; Sosok Aktivis Gerakan Desa Membangun
Bayu Setyo Nugroho yaitu salah satu tokoh Inspiring Young Leader 2014 versi beritasatu.com. |
Politik Indonesia kembali mendapat angin segar dengan munculnya pemimpin yang membawa wangsit brilian dalam membangun masyarakat. Salah satunya Bayu Setyo Nugroho, kepala Desa Dermaji periode 2011-2017 yang berinovasi dengan membuat Gerakan Desa Membangun.
Bayu lahir 17 Juni 1975 di Desa Dermaji, sebuah desa perbukitan dalam wilayah Kecamatan Lumbir di ujung paling barat wilayah Kabupaten Banyumas dan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Ibunya seorang pensiunan guru SD Negeri 1 Dermaji, sedangkan ayahnya (almarhum) semasa hidupnya bekerja sebagai sekretaris desa atau carik.
Bayu memulai pendidikannya dengan masuk SD Negeri Dermaji 1. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Purwokerto, kemudian Sekolah Menengan Atas Negeri 1 Purwokerto. Selanjutnya, ia kuliah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto jurusan ilmu manajemen negara. Setelah lulus kuliah pada 1999, bahwasanya ia sangat berminat melanjutkan ke jenjang sarjana strata dua (S2), tetapi alasannya yaitu keterbatasan biaya, niat tersebut terpaksa diurungkan. Namun, hasilnya pada 2013, ia pun lulus S2 Unsoed dengan konsentrasi studi ilmu manajemen publik.
Pengujung 2004 menjadi babak gres bagi Bayu. Dengan tekad memajukan desa kelahirannya melalui ilmu yang diperoleh selama kuliah, Bayu maju dalam bursa pemilihan umum kepala Desa Dermaji. Secara demokratis, ia terpilih menjadi kepala desa periode 2005 hingga 2011.
Transparan
Bagi Bayu, menjadi kepala desa memperlihatkan ruang yang lebih luas untuknya dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah, terutama ilmu manajemen dan kebijakan publik. Dengan menjadi kepala desa, ia lebih tahu proses perumusan, implementasi, hingga penilaian sebuah kebijakan.
Menjadi pejabat desa bukanlah hal gres bagi Bayu. Ia sudah terbiasa melihat pekerjaan ayahnya melayani masyarakat saat menjabat sebagai carik. Meskipun begitu, ia menyadari adanya tantangan yang dihadapi selama memimpin Desa Dermaji. Tantangan terbesar yaitu ia dituntut mempunyai kemampuan mengenali dan menangkap aspirasi, serta kebutuhan masyarakat dengan baik dan mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata.
Bayu menyadari bahwa keinginan dan kebutuhan masyarakat beraneka ragam. Untuk memenuhinya, ia lebih banyak mendengar dan bekerja dengan sepenuh hati. Dalam berkomunikasi dengan warga, ia memakai pendekatan kekeluargaan yang menekankan jalinan kasih sayang. Ia juga megutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Selain pendekatan kekeluargaan dan musyawarah, tranparansi juga dilakukannya dalam banyak sekali acara desa. Menurut ayah dari Yuanita Aura Dewi, transparansi bisa terwujud dengan mendorong partisipasi masyarakat di setiap level pelaksanaan kegiatan pembangunan, mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Bentuk transparansi bisa dilihat dari informasi yang mudah, jelas, dan akuntabel wacana suatu acara pembangunan yang sudah, sedang, dan akan dilakukan. Salah satunya melalui website desa (dermaji.desa.id). Website tersebut, antara lain menampilkan kabar dari tiap kampung, potensi desa, hingga opini dan profil warga setempat.
Hal lain yang dilakukan Bayu yaitu mengawasi penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari desanya. Menurut Bayu, meski menjadi kepingan kerja keseharian pegawapemerintah desa, pengawasan penempatan TKI masih jarang diperhatikan. Dengan didukung Pusat Sumber Daya Buru Migran Infest Yogyakarta, Paguyuban Peduli Buruh Migran, dan Perempuan Seruni Banyumas, Desa Dermaji akan memulai proses perbaikan tata kelola proteksi buruh migran dengan merapikan data kependudukan dan membangun database penduduk yang bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja.
Untuk itu, Desa Dermaji memakai sistem informasi tata kelola pemerintahan desa “Mitra Desa" yang dikembangkan oleh Gerakan Desa Membangun (GDM) dan Infest Yogyakarta. Database ini memudahkan proses pencarian data warga yang bekerja di luar negeri, sehingga penanganan kasus dan pengawasannya lebih gampang dilakukan.
Perpustakaan Desa
Dalam kepemimpinannya, Bayu bermimpi masyarakat di desa menjadi masyarakat pembelajar, yaitu masyarakat yang mempunyai semangat, kesadaran, dan tradisi untuk terus mencari, menemukan, dan membuat pengetahuan. Pengetahuan itu dicari, ditemukan, dan diciptakan oleh masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas. Menurutnya, desa harus menjadi pusat peradaban baru. Hal itu sanggup terwujud apabila masyarakat desa mempunyai kanal sebesar-besarnya pada informasi dan ilmu pengetahuan.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, pihaknya menyelenggarakan perpustakaan desa dan museum desa. Museum desa berisi benda-benda yang pernah dipakai warga Desa Dermaji dalam mempertahankan hidup. Nama museum diambil dari nama kepala desa yang pertama, yaitu Naladipa. Museum yang diresmikan pada 17 Juni 2013 menjadi media untuk mengingat kearifan masa kemudian untuk membangun masa depan.
Sumber: beritasatu.com