Dana Desa Bukan Sumber Utama Pembangunan Di Pedesaan
Ayo Bangun Desa - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo menyampaikan dana desa bukan sumber utama pembangunan di pedesaan namun untuk meningkatkan perekonomian melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
"Bahkan kini telah banyak desa yang pendapatan BUMDes-nya jauh lebih besar dari dana desa," ujarnya.
![]() |
Dana Desa/Ilustrasi |
"Pemerintah berharap dana desa dipakai untuk memperoleh pendapatannya sendiri," katanya ketika peletakan kerikil pertama pembangunan embung Sungai Abu Tabek Gadang, Kecamatan Toboh Gadang, Padang Pariaman, Sumatra Barat, Sabtu (13/5) menyerupai dilansir Republika.
Baca: Saatnya Ekonomi Desa Bangkit melalui BUMDes.
Ia menambahkan dengan memanfaatkan dana desa untuk memperoleh pendapatan maka desa tersebut bisa berdikari yaitu sanggup mendanai keperluan masyarakat di kawasan itu. Ia menjelaskan penggunaan dana desa tersebut bisa dipakai aneka macam cara menyerupai untuk modal perjuangan atau untuk pembangunan objek wisata.
Ia menambahkan dengan memanfaatkan dana desa untuk memperoleh pendapatan maka desa tersebut bisa berdikari yaitu sanggup mendanai keperluan masyarakat di kawasan itu. Ia menjelaskan penggunaan dana desa tersebut bisa dipakai aneka macam cara menyerupai untuk modal perjuangan atau untuk pembangunan objek wisata.
"Bahkan kini telah banyak desa yang pendapatan BUMDes-nya jauh lebih besar dari dana desa," ujarnya.
Baca: BUMDes ruang Pergerakan ekonomi Desa.
Salah satu desa yang pendapatan BUMDes-nya jauh lebih besar dari yang lain yaitu Desa Ponggok, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah , ujarnya. "Padahal desa itu terpencil dengan luas hanya 300 hektare dan jumlah penduduk 12 ribu jiwa," kata dia.
Ia mengemukakan BUMDes Ponggok tersebut merevitalisasi dan mengelola bak bau tanah yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Ia menyebutkan pada awalnya penghasilan BUMDes tersebut hanya Rp 10 juta per tahun namun sesudah itu warga meletakkan karang, ikan, tanaman air, sofa, motor, dan televisi di bak sehingga konsep bak tersebut berubah dari bak renang menjadi menyelam sambil "selfi" atau swafoto.
Ia menambahkan alasannya yakni kreativitas warga tersebut menciptakan wisatawan tertarik tiba ke kawasan itu sehingga pendapatan BUMDes menjadi Rp 6,3 miliar pertahun dengan laba Rp3 miliar. Keuntungan tersebut dipakai untuk menyebarkan perjuangan dengan membangun penginapan, simpan pinjam, perjuangan pasca panen, dan pengelolaan air higienis sehingga manfaatnya pada 2016 mencapai Rp 10,3 miliar.
"Padahal dana desa dan alokasi dana desa nya tidak hingga Rp 1,5 miliar," lanjutnya.
Sekarang BUMDes tersebut menunjukkan biaya cuma-cuma kepada orang bau tanah tidak bisa dan menunjukkan biaya pendidikan kepada satu anak per rumah hingga ke perguruan tinggi tinggi.
Salah satu desa yang pendapatan BUMDes-nya jauh lebih besar dari yang lain yaitu Desa Ponggok, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah , ujarnya. "Padahal desa itu terpencil dengan luas hanya 300 hektare dan jumlah penduduk 12 ribu jiwa," kata dia.
Ia mengemukakan BUMDes Ponggok tersebut merevitalisasi dan mengelola bak bau tanah yang dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Ia menyebutkan pada awalnya penghasilan BUMDes tersebut hanya Rp 10 juta per tahun namun sesudah itu warga meletakkan karang, ikan, tanaman air, sofa, motor, dan televisi di bak sehingga konsep bak tersebut berubah dari bak renang menjadi menyelam sambil "selfi" atau swafoto.
Ia menambahkan alasannya yakni kreativitas warga tersebut menciptakan wisatawan tertarik tiba ke kawasan itu sehingga pendapatan BUMDes menjadi Rp 6,3 miliar pertahun dengan laba Rp3 miliar. Keuntungan tersebut dipakai untuk menyebarkan perjuangan dengan membangun penginapan, simpan pinjam, perjuangan pasca panen, dan pengelolaan air higienis sehingga manfaatnya pada 2016 mencapai Rp 10,3 miliar.
"Padahal dana desa dan alokasi dana desa nya tidak hingga Rp 1,5 miliar," lanjutnya.
Sekarang BUMDes tersebut menunjukkan biaya cuma-cuma kepada orang bau tanah tidak bisa dan menunjukkan biaya pendidikan kepada satu anak per rumah hingga ke perguruan tinggi tinggi.
Baca juga: Kemana Arah Pergerakan Ekonomi Desa.
Ia mencatat penggunaan dana desa di Indonesia dipakai untuk pembangunan jalan desa sepanjang 66.884 kilometer, jembatan sepanjang 511,9 kilometer, MCK sebanyak 37.368 unit, instalisasi air higienis 16.295 unit, PAUD 11.296 unit, dan Posyandu 7.524 unit.
Lalu akses irigasi sebanyak 12.596 unit, Polindes 3.133 unit, sumur bor 14.036 unit, embel-embel bahtera 1.373 unit, pasar desa 1.819, embung 686 unit, 65.998 unit drainase, dan 38.184 unit penahan tanah.(*)
Related:
Ia mencatat penggunaan dana desa di Indonesia dipakai untuk pembangunan jalan desa sepanjang 66.884 kilometer, jembatan sepanjang 511,9 kilometer, MCK sebanyak 37.368 unit, instalisasi air higienis 16.295 unit, PAUD 11.296 unit, dan Posyandu 7.524 unit.
Lalu akses irigasi sebanyak 12.596 unit, Polindes 3.133 unit, sumur bor 14.036 unit, embel-embel bahtera 1.373 unit, pasar desa 1.819, embung 686 unit, 65.998 unit drainase, dan 38.184 unit penahan tanah.(*)