Desa Kala Depan, Berdasarkan Anda Ibarat Apa?

Semenjak Undang-Undang Desa di syahkan dan di implementasikan keranah desa. "Berjuta harapan gres ditabuhkan menuju desa masa depan, yaitu desa kuat, desa berdikari yang berdaulat dan berperadaban".
Desa Masa Depan/ Ilustrasi 
Untuk melangkah kedesa yang berpengaruh dan mandiri, beribu harapan pun disuarakan. Namun, sayangnya gema itu belum bergetar di seluruh nusantara. "Sehingga gezah berdesa terasa tawar ditelinga masyarakat, elit dan pelaksana biokrasi disejumlah daerah".

Seperti apa Desa Masa Depan? 

Sebuah pertanyaan besar yang hendaknya harus diulang kembali oleh siapa saja, terutama bagi semua pihak yang terlibat aktif dalam mengawal implementasi UU Desa (UUDes).

Benar bahwa desa masa depan ialah sebuah desa yang penuh kebahagian, kesejahteraan,  demokratis yang tenang sentosa, berpengaruh berkeadilan, dan maju berperadaban? Atau ibarat apa desa masa depan itu?

Baca: Peta Jalan Menuju Kedesa Kumande

UU Desa tidak Melawan Tradisionalisme 

UU Desa tidak melawan dan menantang tradisionalisme (kearifan lokal dan adat istiadat) melainkan menantang ketertinggalan, keterbelakangan dan kemiskinan.

Desa harus semakin maju tetapi tidak meninggalkan tradisi. Tradisi merupakan merupakan roh kehidupan dan sekaligus menjadi infrastruktur sosial bagi kebaikan pembangunan dan pemerintahan. Kemajuan desa bermakna perubahan menuju kehidupan dan penghidupan desa yang lebih baik.

Tolok ukur kemajuan desa antara lain ketersediaan sarana dan prasarana desa yang lebih baik, pelayanan dasar yang semakin baik, melek informasi dan teknologi, ekonomi yang menguat, kualitas hidup insan yang kian meningkat, dan lain-lain.

Desa maju juga paralel dengan desa berpengaruh dan desa mandiri. Desa berpengaruh dan desa mandiri, keduanya menjadi visi-misi UU Desa dan merupakan dua sisi mata uang. Di dalam desa berpengaruh dan desa berdikari terkandung prakarsa lokal, kapasitas, bahkan pada titik tertinggi ialah desa yang berdaulat secara politik.

Related:


    Konsep desa berpengaruh senantiasa diletakkan dalam satu tarikan nafas dengan kawasan berpengaruh dan negara kuat. Negara berpengaruh bukan berarti mempunyai struktur yang besar dan berkuasa secara mayoritas terhadap semua aspek kehidupan.

    Negara berpengaruh ialah harapan umat manusia, kecuali insan yang membela ideologi anti negara. Manusia begitu prihatin kalau melihat negara lemah dan negara gagal. Daron Acemoglu dan James A. Robinson (2014), dalam bukunya Mengapa Negara Gagal, menegaskan bahwa negara gagal vs negara sukses (kuat, makmur) sangat tergantung pada institusi politik-ekonomi.

    Negara yang mempunyai institusi politik-ekonomi inklusif, cenderung berpotensi untuk menjadi negara sukses. Sementara negara dengan institusi politik-ekonomi yang bersifat ekstraktif, cenderung tinggal menunggu waktu untuk terseret ke dalam jurang kemiskinan, instabilitas politik, dan berujung pada negara gagal.

    Semuanya, terpulang pada cara berpikir dan cara kita memperlakukan desa, kini dan kedepan! 

    Related Posts

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel