Menteri Desa: Sisa Waktu Indonesia Maju, Tinggal 22 Tahun Lagi
Ayo Bangun Desa - Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga atau keempat di dunia pada ulang tahunnya yang ke-100 tahun.
Hal itu dikatakan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI, Eko Putro Sandjojo, di kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM), Kementerian Dalam Negeri, Jalan Taman Makam Pahlawan Nomor 8, Jakarta Selatan, Senin (22/5/2017).
"Jadi tinggal 22 tahun lagi kita dapat menjadi negara maju. Tidak ada rakyat miskin dan desa tertinggal," kata Eko.
Hanya saja, kata Eko, prediksi tersebut dapat saja meleset kalau Indonesia yang akan berulang tahun ke-72 pada Agustus nanti masih terpecah belah oleh info SARA.
"Semua sia-sia kalau kita terpecah belah. Kebinekaan kita terganggu info SARA yang timbul dan Indonesia tidak bertahan sebagai NKRI. Sekarang kita sedang dites dengan info SARA dan Radikalisme," kata Eko.
Ia mencontohkan, sejumlah negara di Timur Tengah porak-poranda pengaruh dari konflik SARA. Padahal, produk domestik bruto per-kapita negara-negara itu jauh lebih tinggi dibanding Indonesia.
"Setelah negara tersebut pecah, hancur, akan butuh 100 tahun lagi untuk rebuild. Karenanya, ini menjadi kiprah bersama supaya info tersebut tidak muncul, demi mencapai tujuan negara kita," kata dia.
Karena itu, demi mensejahterakan seluruh masyarakat, Presiden Joko Widodo telah memberi kode untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang dimulai dari kawasan pinggiran Indonesia, dengan memperkuat desa dan daerah.
"Indonesia sebagai negara maju dan besar. Tapi faktanya masih ada banyak rakyat kita digaris kemiskinan dan 45 persen hdup di desa tertinggal," ungkap dia.(Sumber: Kompas)
 |
| Ilustrasi: Desa Masa Depan |
"Jadi tinggal 22 tahun lagi kita dapat menjadi negara maju. Tidak ada rakyat miskin dan desa tertinggal," kata Eko.
Hanya saja, kata Eko, prediksi tersebut dapat saja meleset kalau Indonesia yang akan berulang tahun ke-72 pada Agustus nanti masih terpecah belah oleh info SARA.
"Semua sia-sia kalau kita terpecah belah. Kebinekaan kita terganggu info SARA yang timbul dan Indonesia tidak bertahan sebagai NKRI. Sekarang kita sedang dites dengan info SARA dan Radikalisme," kata Eko.
Ia mencontohkan, sejumlah negara di Timur Tengah porak-poranda pengaruh dari konflik SARA. Padahal, produk domestik bruto per-kapita negara-negara itu jauh lebih tinggi dibanding Indonesia.
"Setelah negara tersebut pecah, hancur, akan butuh 100 tahun lagi untuk rebuild. Karenanya, ini menjadi kiprah bersama supaya info tersebut tidak muncul, demi mencapai tujuan negara kita," kata dia.
Karena itu, demi mensejahterakan seluruh masyarakat, Presiden Joko Widodo telah memberi kode untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang dimulai dari kawasan pinggiran Indonesia, dengan memperkuat desa dan daerah.
"Indonesia sebagai negara maju dan besar. Tapi faktanya masih ada banyak rakyat kita digaris kemiskinan dan 45 persen hdup di desa tertinggal," ungkap dia.(Sumber: Kompas)